Friday, March 22, 2013

Reaksi yang Salah, Lalu Apa?

Reaksi itu bakal selalu terjadi, yang membedakan adalah arah reaksi dan kuantitasnya. Arah reaksi cuma ada dua, positif dan negatif. Nothing more. Tidak ada reaksi yang netral, karena jika netral, berarti dia tidak bereaksi. Kuantitas adalah tingkatan reaksi, seberapa kuat orang itu bereaksi.

Kenyataannya adalah, sekarang lebih banyak reaksi yang bersifat negativisme. Orang cenderung memberikan reaksi yang destruktif, bukan yang konstruktif, apalagi apresiatif. Sepertinya kita sudah bisa mencari contoh masing-masing.

Bahkan, hal yang paling simpel saja sering diberikan reaksi yang negatif. Ketika ada hal yang terjadi, lebih banyak diberikan respon seperti mengumpat (saya sendiri juga tidak menepis bahwa juga melakukan hal ini beberapa kali). Memang kelihatan hal yang kecil dan sepele, namun karena hal kecil ini sering terjadi, akan tertanam dalam pola pikir orang tersebut, yang berakibat akan cenderung memberikan reaksi yang negatif.

Efeknya apa? Sangat hebat. Akan menyebar dan berlipat. Dimulai dari beberapa komentar/reaksi negatif, kemudian menjadi kebiasaan sehingga intensitas lebih sering. Saking seringnya menjadi sebuah pemakluman dan kebiasaan, kemudian akan ternanam bahwa hal tersebut menjadi hal yang biasa, dan yang paling parah, ketika sudah meracuni golongan muda, bahkan dari umur yang masih sangat kecil. Dan tidak ada hal yang baik dari kondisi semacam itu.

Lalu Apa?

Landsat Data Continuity Mission (LDCM) telah mulai merekam

Kabar gembira, terutama bagi para ahli dan kalian yang bergelut dalam bidang penginderaan jauh. Seri satelit Landsat terbaru, LDCM, sudah mulai merekam, dan NASA telah mempublikasikan hasil perekaman pertama kali, yang dapat diakses disini. Tampak sekilas, terlihat bahwa hasil perekaman tidak ada masalah seperti pada Landsat 7 ETM+, dimana pada Landsat 7 terdapat kerusakan sensor sehingga menghasilkan perekaman yang tidak sempurna. Ada beberapa perbedaan antara LDCM dan Landsat 7, diantaranya :

Thursday, March 21, 2013

Masyarakat Indonesia overreaktif? Siapa Bilang?!

Nah, kita mulai dulu dengan :

re·ak·tif /rĂ©aktif/ a sifat cenderung, tanggap, atau segera bereaksi thd sesuatu yg timbul atau muncul

(Sumber : kbbi.web.id )

Banyak sekali pembicaraan tentang masyarakat Indonesia yang selalu overreaktif terhadap sesuatu hal yang sedang terjadi. Misalnya, ketika ada berita tentang Malaysia mencuri salah satu kebudayaan kita, kita langsung melakukan demo, pernyataan-pernyataan, dan lain sebagainya, yang intinya adalah menganggapi hal yang sedang terjadi tersebut. Keadaan ini terjadi dari hal yang berhubungan dengan ekonomi, politik, bahkan gosip dan infotainment (bocoran sih dari curi-curi dengar pembicaraan para cewek-cewek :D ). Ketika sesuatu terjadi, selalu ada reaksi sepersekian detik ( Oke, sepersekian jam). Oke, saya akui kita sangat reaktif, tapi apa sampai tingkat overreaktif?

Overreaktif = terlalu reaktif, memberikan reaksi terlalu berlebih, dsb.

Sebenarnya,

Tuesday, March 19, 2013

PSSI, Blanco, dan Kekacauan ( yang Masih Berlanjut)

Oh dear, buat para fans sepakbola di Indonesia, harap bersabarlah, badai belum akan reda.

Muncul kasus baru dibalik titik terang ( yang fana ) selepas KLB PSSI. Pemecatan Blanco. Baru melatih belum ada 1 minggu, sudah dipecat, manajemen macam apa? Entah dibalik itu ada alasan politis ataupun teknis, tapi sungguh tindakan itu sudah memperlihatkan ketidak-profesionalan dari para pengurus PSSI yang terhormat.

Kasus dimulai dari pencoretan para pemain timnas, yang dianggap malas dan membolos dari sesi latihan, walau pada beberapa kesempatan disangkal oleh Blanco sendiri ( klik disini ). Ada pula isu pemecatan tidak karena masalah indispliner, tapi karena tidak sesuai dengan kriteria dari Blanco. Entahlah, namun tentu pencoretan pemain itu biasa, dan hak pelatih.

Kemudian munculah respon negatif dari beberapa pembesar PSSI. Intinya, mereka menanyakan apakah perlu Blanco melakukan tindakan seperti itu? Pertanyaan yang muncul adalah

LFC tour 2013 news.

http://instagr.am/p/XBYNBcEEkc/

kesempurnaan = relatif

Sempurna. Kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi/benda/situasi dimana tidak ada cela. Disini,saya akn membahas kesempurnaan dari sudut pandang manusia. Oke,saya harap pembaca posting ini adalah manusia.
Kemudian,seberapa sempurnakah sempurna yang kalian inginkan?