Reaksi itu bakal selalu terjadi, yang membedakan adalah arah reaksi dan kuantitasnya. Arah reaksi cuma ada dua, positif dan negatif. Nothing more. Tidak ada reaksi yang netral, karena jika netral, berarti dia tidak bereaksi. Kuantitas adalah tingkatan reaksi, seberapa kuat orang itu bereaksi.
Kenyataannya adalah, sekarang lebih banyak reaksi yang bersifat negativisme. Orang cenderung memberikan reaksi yang destruktif, bukan yang konstruktif, apalagi apresiatif. Sepertinya kita sudah bisa mencari contoh masing-masing.
Bahkan, hal yang paling simpel saja sering diberikan reaksi yang negatif. Ketika ada hal yang terjadi, lebih banyak diberikan respon seperti mengumpat (saya sendiri juga tidak menepis bahwa juga melakukan hal ini beberapa kali). Memang kelihatan hal yang kecil dan sepele, namun karena hal kecil ini sering terjadi, akan tertanam dalam pola pikir orang tersebut, yang berakibat akan cenderung memberikan reaksi yang negatif.
Efeknya apa? Sangat hebat. Akan menyebar dan berlipat. Dimulai dari beberapa komentar/reaksi negatif, kemudian menjadi kebiasaan sehingga intensitas lebih sering. Saking seringnya menjadi sebuah pemakluman dan kebiasaan, kemudian akan ternanam bahwa hal tersebut menjadi hal yang biasa, dan yang paling parah, ketika sudah meracuni golongan muda, bahkan dari umur yang masih sangat kecil. Dan tidak ada hal yang baik dari kondisi semacam itu.
Lalu Apa?
No comments:
Post a Comment